![]() |
Review Anime ReLIFE |
ReLiFe berangkat dengan ide yang cukup unik. NEET atau yang bisa kita sebut sebagai wibu nggak ada obat adalah aib bagi kehidupan bermasyarakat. Mereka tidak berperan apa pun. Kaizaki Arata adalah contohnya.
Maka hadirlah obat buatan ReLIFE Laboratorium yang bisa membuat siapa pun yang meminumnya memiki wajah muda. Arata yang frustasi pada kehidupan kerjanya tanpa sadar meminum obat tersebut. Maka kisah ini pun dimulai, seorang berumur 28 tahun yang kembali ke masa SMA dengan harapan bisa mengubah hidupnya yang muram menjadi lebih ceria.
Perusahaan yang Terlalu Baik
Saat kamu membaca sinopsis singkat di atas, kira-kira apa yang kamu pikirkan? Enak banget ya Arata dapat ngulang kehidupannya, aku juga mau dong, berapa harga obatnya? Seperti itu? Jika iya, sayangnya obat ini hanya datang pada orang tertentu.
Melalui semacam pengawasan khusus selama periode tertentu, Arata kemudian terpilih menjadi subjek percobaan 002. Tepat ketika ibunya berhenti mengirimkan dia uang, datanglah malaikat yang bernama Yoake. Dia datang sambil menawarkan obat kembali muda, dan memintanya untuk kembali bersekolah selama setahun.
Kedengaran mencurigakan memang, ada orang asing datang tiba-tiba dengan membawa sesuatu yang berada di luar nalar. Namun, Arata adalah seseorang yang sudah berada di ujung tanduk, kegagalan serta penyesalan terus bersamanya ke mana pun ia pergi. Wajar bagiku bila dia meminumnya, sekali pun dalam keadaan sadar.
Tidak ada penjelasan detail mengenai siapa sebenarnya ReLIFE Laboratorium ini, tapi apa yang mereka lakukan jelas memakan waktu dan modal yang sangat besar. Terlebih, bagaimana cara mereka memakai obat itu sama sekali tidak terlihat menguntungkan. Aku hanya bisa menduga bahwa mereka adalah proyek pemerintah untuk menanggulangi krisis pemuda.
Aku hanya bisa membayangkan mau sampai kapan mereka terus melakukan ini. Mengubah 1 NEET yang mana itu pun belum tentu berhasil saja sudah memakan banyak modal, tapi imbalan apa yang mereka dapatkan? Rasa syukur dari orang yang mereka bantu?
Mereka berbicara mengenai dunia orang dewasa, bagaimana para orang dewasa menjegal satu sama lain demi satu hal, keuntungan. Lantas kenapa mereka bisa begitu berbeda? Seolah-olah keuntungan tidak berlaku bagi mereka. Akan jauh lebih masuk akal bila mereka menjadikannya sebagai produk komersil untuk kecantikan. Bukan lagi mimpi jika perusahaan tersebut hanya dalam beberapa tahun bisa sekaya para penguasa teknologi.
Sayangnya dari sisi drama, hal tersebut sepertinya kurang menjual.
Tokoh Utama yang Menyadari Posisinya
Perjanjian dalam pemberian obat tersebut adalah bila Arata berhasil melalui satu tahun masa sekolahnya dengan baik, dia akan diberikan pekerjaan tetap. Sesuatu yang sederhana, tapi sangat menggoda, terutama bagi orang seperti Arata.
Arata setidaknya bisa membantu orang-orang di sekitarnya yang memiliki masalah tertentu. Dengan begitu orang-orang tidak perlu merasa bersalah jika menyebut Arata sebagai seseorang yang berguna di masyarakat.
Sama seperti Bokutachi no Remake, apa yang berubah hanya penampilan, tapi tidak halnya dengan pikiran mereka. Mereka pada dasarnya tetaplah orang dewasa. Arata memahami hal ini dengan sangat baik. Dia berkali-kali menyebutkan dia seperti om-om yang menasehati anak muda. Ketika di titik yang menggoda imannya, dia pun selalu ingat akan perbedaan umur yang lumayan jauh, yang pada akhirnya menghentikan ReLIFE untuk memasuki dunia ecchi.
Karena tahu kegagalannya di masa lalu, Arata bukanlah orang yang merasa dirinya paling benar. Dia memang lebih tua setidaknya 10 tahun, tapi itu tetap tidak mengubah kerendahan hatinya.
Arata meskipun seorang karakter utama, tapi dia sebenarnya tidak melakukan semuanya sendirian seperti yang terjadi dalam Bokutachi no Remake. Dia memberi beberapa patah kata yang sekiranya memiliki arti yang mendalam, lalu membiarkan orang itu mandiri. Dia hanya tidak mau terlibat terlalu jauh. Hal itu juga sebenarnya berkaitan dengan masa lalunya yang kelam.
Membiarkan Mereka Mandiri
Ada satu hal yang membuatku memikirkan kembali apa yang selama ini kukira benar. Pada umumnya bila ada orang kesusahan, dirundung misalnya, dalam kerumunan orang yang melihat hal tersebut pasti banyak orang yang berpikir, seseorang tolong bantu dia! Dia tidak bisa menyelesaikan ini sendirian!
ReLIFE justru memiliki pendapat berbeda dengan membiarkan kejadian itu. Arata yang memiliki semangat juang seorang pahlawan harus mengalami trauma mendalam gara-gara hal itu. Tindakan baiknya pada akhirnya malah berujung tragis.
ReLIFE memperlihatkan pada kita bahwa kita tidak tahu apa pun. Pertolongan yang kita kira benar, belum tentu benar bagi seseorang yang kita kira membutuhkan hal tersebut.
Seolah ingin mempertegas hal tersebut, anime ini menjadikan 2 karakternya sebagai contoh. Aku tidak bisa memberi tahu siapa dia, tapi yang jelas kisahnya cukup memilukan. Penyesalannya tidak hilang hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan yang lebih parah, rasa trauma itu telah mengubah hidupnya 180 derajat. Senyum yang dulu menghiasi wajahnya, sekarang tidak pernah muncul lagi.
Biang Kerok Pembuka Drama
Rena bagi beberapa orang mungkin terlihat menjengkelkan. Tingkahnya benar-benar seperti anak SMA pada umumnya. Harga terlalu tinggi yang ujung-ujungnya bikin dia nggak mau ngalah, dikit-dikit marah mulu, labil. Paket komplit pokoknya.
Akan tetapi, bila Rena tidak ada, maka ReLIFE pun mungkin tidak akan ada. Dia adalah karakter yang sangat penting. Dia memang selalu bikin masalah, dikit-dikit drama, tapi tanpa dia, siapa lagi yang bisa memunculkan konflik?
Meskipun begitu, sebenarnya kekesalannya cukup bisa dimaklumi. Rena memang terkesan baperan, tapi reaksinya muncul berkat alasan yang cukup bisa dimengerti dan manusiawi. Aku justru lebih heran bila terus bersabar dan memaafkan semuanya.
Pada dasarnya, Rena menjadi seperti itu karena cerita membutuhkannya. Dia hanya bereaksi sebagaimana mestinya.
Ada satu karakter berambut merah muda dari dunia ninja yang ngeselin, nah, karakter inilah yang ngeselinnya asli dari sumbernya. Dia selalu tampil menjengkelkan, tapi tidak ada alasan jelas dibaliknya.
Si Pembuat Salah Paham
Chizuru adalah karakter favorit dalam anime ReLIFE menurut voting fans di myanimelist. Skornya bahkan nyaris dua kali lipat dari Arata si tokoh utama.
Kekalahan ini bukan karena Arata tidak layak, melainkan memang Chizuru yang tampil terlalu baik. Perkembangan karakternya adalah salah satu hal yang membuatnya begitu disukai.
Dia yang semula tersenyum manis pun tidak bisa kini perlahan mulai membuka diri pada teman-temannya. Dia memiliki alasannya tersendiri, baik ketika ia masih sangat dingin yang bahkan tidak pernah mengingat nama orang di sekitarnya; atau ketika ia mau tidak mau harus berubah dan mulai mencari teman, dan yang terpenting belajar tersenyum agar orang lain tidak salah paham.
Kedua hal tersebut sama-sama memiliki alasannya masing-masing. Itulah mengapa penonton jadi mudah memahaminya. Terlebih ketika alasan itu adalah sesuatu yang sebenarnya cukup umum di masyarakat.
Perkataannya yang tidak memiliki filter terkadang justru menjadi sesuatu yang baik, yang dalam hal ini membuat kesan ansos-nya menjadi semakin pekat. Maka ketika karakternya berubah, perubahan itu tidak terjadi dari 10 ke 20, tapi dari 1 ke 20.
Pembagian Karakter yang Baik
Jika kamu memperhatikan, review-review sebelumnya aku lebih banyak membahas karater utama, tapi dalam ReLIFE, semua karakter terasa sama baiknya dan memiliki porsi penampilan yang cukup.
Hal yang menjadi kebalikan dari Bokutachi no Remake. Apa yang tersaji di sini bagiku adalah sesuatu yang jauh lebih baik.
Membuat karakter yang sempurna itu sulit. Maka ketimbang menitikberatkan pada satu karater yang mana sekalinya gagal akan langsung merusak keseluruhan cerita, lebih baik membagi porsinya ke beragam karakter.
Penuh Sindiran
ReLIFE sepertinya bukan hanya ingin mengubah Arata menjadi orang yang lebih berguna. Mereka juga ingin para penontonnya merasakan hal yang sama.
Pertama kali aku melihatnya, awalnya memang terasa biasa-biasa saja, tapi ketika Ryou terus-terusan mengatai Arata yang seorang pengangguran, atau ketika Kazu terus menyindir nilainya yang jelek, aku mulai sedikit terganggu, lebih tepatnya merasa bahwa itu juga ditujukan untukku.
Entah bagaimana tanggapan orang lain mengenai hal ini, tapi jika kalian mau, silahkan berkomentar di bawah. Jangan lupa gunakanlah nama samaran jika ingin menceritakan sesuatu yang buruk.
Romantisme Malu-Malu Kucing
Bukan hanya sebatas slice of life atau drama, anime juga sebenarnya memiliki unsur romantis. Tidak terlalu banyak memang, tapi cukup baik untuk meninggalkan kesan tersendiri setelah menyelesaikan ke-13 episodenya.
Kamu pasti sudah tahu siapa karakter yang kumaksud berkat informasi di awalan episode. Ya, itu adalah Kazu dan Rena. Hubungan sepihak mereka berjalan baik atau tidaknya tidak terlalu dikulik hingga ke penghujung episode.
Sebelum episode terakhir, apa yang mereka rasakan tidak pernah berubah. Yang mana berarti juga tidak membaik. Kazu sebagai cowok tidak peka, sementara Rena terlalu takut untuk menyatakan perasaannya.
Memasukkan ReLIFE ke genre romantis itu sendiri juga sebenarnya agak sulit akibat kurangnya eksplorasi. Jam tayang yang ada terlalu sibuk dipakai untuk membahas masalah pertemanan.
Jadi jangan berharap banyak di sisi ini. Tidak ada yang spesial sama sekali.
Banyak Kalimat Baik
Kata-kata bijak? Kata-kata mutiara? Disebut seperti itu juga tidak sepenuhnya salah. Ketika ReLIFE terus menyindir kita melalui Arata, mereka juga tidak lupa memberikan obatnya, atau malah sesuatu yang lebih parah lagi.
Anime ini bercerita tentang perubahan NEET menjadi seorang yang lebih berguna. Arata ketika kembali ke masa SMA, menasehati Chizuru yang dia rasa memiliki kemiripan dengannya. Dia memiliki pengalaman akan hal itu, berkat hal itulah dia bisa berbicara ini itu.
Hubungan mereka berdua layaknya orang yang bernasib sama, yang bercerita satu sama lain demi mengurangi beban. Di tengah-tengah percakapan mereka, barangkali ada satu dua kalimat yang mungkin akan terngiang di kepalamu.
Wajah Lucu Sebagai Topeng
Satu kekurangan besar dari ReLIFE adalah kualitas grafisnya yang berada di bawah rata-rata. Gambarnya seperti anime tempo jadul. Aku cukup kaget ketika grafis seperti ini masih dipakai di anime yang sebenarnya belum terlalu tua.
Untungnya mereka berinisiatif untuk menyamarkan hal itu dengan animasi-animasi lucu yang sempat membuatku tertawa beberapa kali. Walau hal tersebut hanya berlaku di beberapa episode awal.
Seterusnya itu hanya sebuah tambahan yang sedikit menghibur, tapi tidak sampai ke tahap lucu.
Sebenarnya ini cukup mirip dengan yang dilakukan Review Komi-san wa, Comyushou desu, hanya saja anime tersebut memang condong ke arah komedi.
Kesimpulan - 4/5
ReLIFE sedikit membuatku bingung. Skor 5 barangkali layak, tapi rasanya masih ada yang kurang, bukan hanya masalah grafis, tapi ada yang lain. Semacam satu faktor yang bisa membuatku mengenangnya lebih lama, ReLIFE masih kurang hal itu.
Anime ini memang bagus, tapi masih belum layak bila harus bersanding dengan Ousama Ranking yang sebelumnya kuberi nilai sempurna.
0 Komentar